Senin, 27 April 2020

PUASA DAN SHALAT


PUASA DAN SHALAT
Oleh: Abdullah Mahmud

Puasa disebut Allah sebagai amalan ummat terdahulu juga, sehingga bagi ummat Nabi Muhammad ﷺ tidak ada keberatan. Berarti itu syariat universal, begitu pula shalat.
وَجَعَلْنٰهُمْ اَىِٕمَّةً يَّهْدُوْنَ بِاَمْرِنَا وَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرٰتِ وَاِقَامَ الصَّلٰوةِ وَاِيْتَاۤءَ الزَّكٰوةِۚ وَكَانُوْا لَنَا عٰبِدِيْنَ
_*Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan, melaksanakan salat dan menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka menyembah.*_ (QS. Al-Anbiya, 21: 73)
Nabi ﷺ ditanya oleh Abdullah bin Mas'ud:
أَيَّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ ؟ قَالَ : « الصَّلاَةُ عَلىَ وَقْتِهَا ». قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ ؟ قَالَ: ثُمَّ « بِرُّ الْوَالِدَيْنِ » قُلْتُ ثُمَّ أَىُّ ؟ قَالَ: « ثُمَّ الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ » قَالَ : حَدَّثَنِيْ بِهِنَّ وَلَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِى ».
_“Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah?” Maka beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Saya bertanya lagi, “Lalu amalan apa lagi, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.” Saya bertanya kembali, “Kemudian amalan apa lagi?” Beliau berkata, “Kemudian berjihad di jalan Allah.” Ibnu Mas’ud berkata, “Beliau (hanya) menyebutkan perkara tersebut, jika sekiranya aku bertanya lebih banyak, maka tentu beliau akan menambahnya.”_ (HR. Bukhari dan Muslim)
Apa artinya puasa kalau nggak shalat? Karena nggak shalat itu tanda orang kafir kalau sengaja.
« بيْنَ الرَّجُلِ وبيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلَاةِ ».
_“Perbedaan antara orang (muslim) dengan orang kafir dan musyrik adalah meninggalkan shalat.”_ (HR. Muslim)
Orang beriman itu diperintahkan agar shalatnya khusyu',
الَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلٰو تِهِمْ خَاشِعُوْنَ
_*(yaitu) orang yang khusyuk dalam salatnya*_ (QS. Al-Mukminun, 23: 2)
dan juga agar menjaga konsistensi tidak boleh bolong-bolong,
وَالَّذِيْنَ هُمْ عَلٰى صَلَوٰتِهِمْ يُحَافِظُوْنَ
_*serta orang yang memelihara salatnya.*_ (QS. Al-Mukminun, 23: 9)
Terlebih menjaga shalat Subuh dan Ashar,
اَقِمِ الصَّلٰوةَ لِدُلُوْكِ الشَّمْسِ اِلٰى غَسَقِ الَّيْلِ وَقُرْاٰنَ الْفَجْرِۗ اِنَّ قُرْاٰنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُوْدًا
_*Laksanakanlah salat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (laksanakan pula salat) Subuh. Sungguh, salat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).*_ (QS. Al-Israa', 17: 78)
حَافِظُوْا عَلَى الصَّلَوٰتِ وَالصَّلٰوةِ الْوُسْطٰى وَقُوْمُوْا لِلّٰهِ قٰنِتِيْنَ
_*Peliharalah semua salat dan salat wustha (Ashar). Dan laksanakanlah (salat) karena Allah dengan khusyuk.*_ (QS. Al-Baqarah, 2: 238)
Dua waktu shalat itu dihadiri oleh malaikat yang tugas bergantian menjaga manusia. Nabi ﷺ bersabda:
« يَتَعَاقَبُونَ فِيكُمْ مَلَائِكَةٌ باللَّيْلِ ومَلَائِكَةٌ بالنَّهَارِ، ويَجْتَمِعُونَ في صَلَاةِ الفَجْرِ وصَلَاةِ العَصْرِ، ثُمَّ يَعْرُجُ الَّذِينَ بَاتُوا فِيكُمْ، فَيَسْأَلُهُمْ رَبُّهُمْ وَهُوَ أعْلَمُ بهِمْ: كيفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِي؟ فيَقولونَ: تَرَكْنَاهُمْ وهُمْ يُصَلُّونَ، وأَتَيْنَاهُمْ وهُمْ يُصَلُّونَ ».
_“Para Malaikat di malam dan siang hari silih berganti mengawasi kalian, dan mereka berkumpul pada saat shalat Subuh dan shalat Ashar, kemudian para malaikat yang mengawasi kalian semalam suntuk naik (ke langit). Allah menanyakan kepada mereka, padahal Dia lebih mengetahui dari mereka, “Dalam keadaan apakah kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku?” Mereka menjawab, “Kami tinggalkan mereka dalam keadaan mengerjakan shalat.”_ (HR. Bukhari dan Muslim)
Abu Darda', sahabat Nabi ﷺ yang bijak, berpesan: "Shalatlah di tengah malam untuk persiapanmu menghadapi gelapnya kuburan, berpuasalah pada hari yang terik panas untuk menghadapi panasnya padang mahsyar serta bersedekahlah agar terhindar kesulitan di akhirat."
Ada juga di antara ulama salaf yang berpendapat: "Shalatmu akan menghantarkanmu setengah perjalanan menuju surga, puasamu akan menghantarkanmu ke depan surga, dan sedekahmu akan memasukkanmu ke dalam surga.”
Jangan sampai kita meninggalkan shalat dalam keadaan apapun, kecuali yang berhalangan secara syar’i, jaga shalat. Terlebih lagi nilainya bila shalat dilakukan berjamaah di masjid bagi lelaki kalau di zona hijau dan di rumah bila zona merah, tapi tetap berjamaaah karena nilainya 27 kali lipat. Apalagi dalam suasana Ramadhan, pahala tanpa batas.
Betapa indahnya keserasian itu. Ayo kita berbekal yang cukup dalam perjalanan pulang ke kampung akhirat. Bolehlah kita tidak mudik karena PSBB akibat COVID-19 tapi suatu keniscayaan kita akan kembali kepada Allah mempertanggung jawabkan kehidupan kita selama di dunia. Semoga kita semua selamat di akhirat kelak. Amin.

PUASA DAN AL-QUR'AN

PUASA DAN AL-QUR'AN
Oleh: Abdullah Mahmud

Nilai besar Ramadhan karena itu bulan diturunkannya Alqur'an,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
_*Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.*_ (QS. Al-Baqarah, 2: 185)
Sedang Nabi ﷺ menegaskan bahwa Alqur'an dan puasa itu keduanya akan memberi syafaat di akhirat,
« ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡُ ﻭَﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥُ ﻳَﺸْﻔَﻌَﺎﻥِ ﻟِﻠْﻌَﺒْﺪِ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ، ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡُ : ﺃَﻱْ ﺭَﺏِّ، ﻣَﻨَﻌْﺘُﻪُ ﺍﻟﻄَّﻌَﺎﻡَ ﻭَﺍﻟﺸَّﻬَﻮَﺍﺕِ ﺑِﺎﻟﻨَّﻬَﺎﺭِ، ﻓَﺸَﻔِّﻌْﻨِﻲ ﻓِﻴﻪِ، ﻭَﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥُ : ﻣَﻨَﻌْﺘُﻪُ ﺍﻟﻨَّﻮْﻡَ ﺑِﺎﻟﻠَّﻴْﻞِ، ﻓَﺸَﻔِّﻌْﻨِﻲ ﻓِﻴﻪِ، ﻗَﺎﻝَ : ﻓَﻴُﺸَﻔَّﻌَﺎﻥِ ».
_“Amalan puasa dan membaca Al-Qur’an akan memberi syafa’at bagi seorang hamba di hari kiamat. Puasa berkata: Wahai Rabb, aku telah menahannya dari makan dan syahwat di siang hari, maka izinkanlah aku memberi syafa’at kepadanya. Dan Al-Qur’an berkata: Aku menahannya dari tidur di waktu malam, maka izinkanlah aku memberi syafa’at kepadanya, maka keduanya pun diizinkan memberi syafa’at.”_ (HR. Ahmad, Shahih)
Karena itu, keduanya tidak bisa dipisahkan. Kesempatan bagi kaum muslimin dalam suasana isolasi di rumah karena PSBB COVID-19 banyak baca Alqur'an di rumah. Mengapa? Karena interaksi dengan Alqur'an merupakan kemuliaan setiap hurufnya berpahala apalagi di bulan Ramadhan tanpa batas. Orang yang berpuasa dengan nilai tinggi ditandai dengan kedekatannya kepada Alqur'an.
Ada empat model orang yang berinteraksi dengan Alqur'an, kata Nabi ﷺ,
« مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ الأُتْرُجَّةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ ، وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ التَّمْرَةِ لاَ رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ الرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ لَيْسَ لَهَا رِيحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ ».
_“Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Alqur’an seperti buah utrujah yang memiliki wangi yang sedap dan rasa yang manis. Sedangkan perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca Alqur’an ibarat buah tamar (kurma) yang tidak memiliki bau namun rasanya manis. Adapun perumpamaan seorang munafiq yang membaca Alqur’an ibarat buah raihanah yang memiliki wangi yang sedap tapi rasanya pahit. Dan perumpamaan seorang munafiq yang tidak membaca Alqur’an ibarat buah hanzhalah yang tidak memiliki bau dan rasanya pahit.”_ (Muttafaq ‘alaihi)
Apalagi kalau ditambah bacanya waktu malam;
« مَن قَرَأَ عَشْرَ آيَاتٍ فِي لَيلَةٍ لَم يُكتَبْ مِنَ الغَافِلِينَ ».
_“Barangsiapa membaca sepuluh ayat pada malam hari, maka dia tidak termasuk orang-orang yang lalai.”_ (HR. Hakim. Shahih)
Sementara kalau membacanya lebih dari seratus ayat, sangat dahsyat, sepanjang malamnya dicatat sebagai tahajjud.
« مَنْ قرأَ بِمِائةِ آيةٍ في ليلةٍ كُتبَ لهُ قنوتُ ليلةٍ ».
_“Siapa yang membaca 100 ayat pada suatu malam dituliskan baginya pahala shalat sepanjang malam.”_ (HR. Ahmad. Shahih)
Apalagi kalau dia bertahajjud juga, _double_ nilainya. Itu dari segi bacaan, tapi dari interaksi komprehensif antara baca dan menjalankan ajaran Alqur'an ada tiga model, kata imam *Hasan Al-Bashri*, ulama tabiin, (Al-'Iqd Al-Farid, 2/89);
"Para penghafal Alqur'an ada tiga golongan: *Pertama*, orang yang menjadikan Alqur'an sebagai komoditas perdagangan. Ia membawa Alqur'an dari satu negeri ke negeri lain, dan dengan Alqur'an itulah ia meminta upah dari orang-orang.
*Kedua*, orang yang menghafal huruf-hurufnya dan menyia-nyiakan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan di dalamnya. Dengan Alqur'an, ia mencari jabatan dan bersikap sombong terhadap penduduk negeri. Model penghafal Alquran seperti ini amat banyak. Namun, Allah tidak akan mencurahkan anugerah-Nya kepada orang yang seperti ini.
*Ketiga*, orang yang membaca Alqur'an dan menjadikan Alqur'an sebagai penawar untuk mengobati penyakit hatinya. Ia mengurangi jatah tidur di malam hari, matanya bengkak, merajut kekhusyukan, mengenakan pakaian ketenangan, dan merasakan kesedihan. Demi Allah, kelompok para penghafal Alquran tipe seperti ini lebih sedikit dibandingkan belerang merah. Karena merekalah, Allah menurunkan hujan yang penuh rahmat, menurunkan pertolongan-Nya, dan Allah menyingkirkan berbagai malapetaka."
Begitulah kemulian orang yang dekat dengan Alqur'an, dijamin bahagia.
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ مَّوْعِظَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَشِفَاۤءٌ لِّمَا فِى الصُّدُوْرِۙ وَهُدًى وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ (57) قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْاۗ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ
_*Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur'an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman. Katakanlah (Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.”*_ (QS. Yunus, 10: 57-58)
Tapi kalau seseorang berpaling dari Alqur'an akan sengsara hidup di dunia dan akhiratnya,
وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِنَّ لَهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى (124) قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِيْٓ اَعْمٰى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيْرًا (125) قَالَ كَذٰلِكَ اَتَتْكَ اٰيٰتُنَا فَنَسِيْتَهَاۚ وَكَذٰلِكَ الْيَوْمَ تُنْسٰى (126)
_*Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” Dia berkata, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku dapat melihat?” Dia (Allah) berfirman, “Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, dan kamu mengabaikannya, jadi begitu (pula) pada hari ini kamu diabaikan.”*_ (QS. Thaha, 20: 124-126)
_Wallahul Musta’an._

Kamis, 01 Februari 2018

Di Pangandaran Kita Dipertemukan

Puisi Ahmad Wayang
Di Pangandaran Kita Dipertemukan

dari punggungmu
senja retak dalam barisan gelombang asin
masa lalu yang purba meluncur deras
di tengah kecemasan
yang sempat beku oleh angin dan cuaca januari

sementara orang-orang berlarian di pantai
pangandaran
ada sepasang remaja berbisik manja sambil bermain dengan kijang lucu
membicarakan peristiwa dan rencana masa depan

tetapi aku masih saja mengamatimu dari jauh
juga menanti senja yang rela menenggelamkan diri
meski ia masih rindu memandang lautan biru

pulang ia masih dalam bimbingan kepak camar
dan samar kudenger kibar kerudungnya karena ditiup angin
di pangandaran
ternyata kita dipertemukan dalam bait sajak

Serang-Pangandaran, 2015-2016